Powered By Blogger

Kamis, 09 Februari 2012

MAKALAH PERANAN INDONESIA DALAM KONFERENSI ASIA-AFRIKA BANDUNG

MAKALAH
PERANAN INDONESIA DALAM KONFERENSI
ASIA-AFRIKA BANDUNG
Diajukan untuk Memenuhi salah satu Syarat Tugas
Mata Pelajaran IPS




 



Disusun oleh:
                                                               Nama   : Reni Nuraeni
                                                                   Kelas   : VIII. H




KEMENTERIAN AGAMA RI
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI PANDEGLANG II PANDEGLANG
2012
Kata Pengantar
Puji sukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan taufik dan hidayahnya dan memberi kenikmatan yang tiada henti, baik nikmat jasmani dan nikmat rohani, sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang insyaalah sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam penuliasan makalah ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, guru-guru dan teman-teman yang sudah memberi dukungan dan motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
 Penyusunan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam pemahaman atau penulisan, sangat besar harapan penulis ada saran atau kritik dari guru-guru di sekolah MTs. Negeri Pandeglang II, teman-teman dan pembaca yang bersifat membangun demi perbaikan penulisan makalah yang selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfa’at bagi pembaca, terutama bagi penulis, Amin.

Menes,    Februari 2012

Penulis






i
 
Daftar Isi

Kata Pengantar …………………………………………………………..…...
Daftar Isi……………………………………………………………………....
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah ………………………………………......
B.  Rumusan Masalah………………………………………………….
C.  Tujuan Penulisan Makalah ………………………………………..
D.  Manfaat Penulisan Makalah……………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
A.  Latar Belakang Tentang Materi……………………………............
B.  Isi Materi…………………………………………………………...
1.        Lahirnya Konferensi Asia-Afrika……………………………..
2.        Hasil Konferensi Asia-Afrika…………………………………
3.        Peran Serta Indonesia Dalam Konferensi Asia-Afrika……….
C.  Manfaat Materi…………………………………………………….
D.  Makna Bagi Siswa Tentang Materi………………………………..
BAB III PENUTUP
A.  Kesimpulan………………………………………………………...
B.  Saran……………………………………………………………….
Daftar Pustaka………………………………………………………………...
i
ii

1
2
2
2

3
3
3
5
6
9
10

11
12
13









ii
 
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
            Di era tahun 50-an, Negara-negara di dunia terpolarisasi kedalam dua kutub. Ketika itu terjadi pertarungan yang kuat antra Timur dan Barat terutama sekali pada era perang dingin (cold war) antara Amerika Serikat dan Uni Sovyet.
            Pertarungan ini adalah merupakan upaya untuk memperluas sphere of interest  dan sphere of influence. Dengan sasaran utama perebutan penguasaan atas wilayah-wilayah potensial di dunia dengan berkedok pada ideologi panutan masing-masing.
            Sebagian Negara masuk dalam Blok Amerika dan sebagian lagi masuk dalam Blok Uni Sovyet. Aliansi dan pertarungan didalamnya memberikan akibat fisik yang negatif bagi beberapa negara di dunia seperti misalnya Jerman yang sempat terbagi menjadi dua bagian, Vietnam dimasa lalu, serta Semenanjung Korea yang sampai saat sekarang ini masih terbelah menjadi Korea Utara dan Korea Selatan.
            Dalam pertarungan ini Negara dunia ketiga menjadi wilayah persaingan yang amat mempesona buat keduanya. Sebut saja misalnya Negara-negara di kawasan Asia Timur dan Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Jepang serta Negara-negara di kawasan lain yang kaya akan energi dunia seperti Uni Emirat Arab, Kuwait dan Qatar.
            Dalam kondisi yang seperti ini, lahir dorongan yang kuat dari para pemimpin dunia ketiga untuk dapat keluar dari tekanan dua Negara tersebut. Soekarno, Ghandi dan beberapa pemimpin dari Asia serta Afrika merasakan polarisasi yang terjadi pada masa tersebut adalah tidak jauh berbeda dengan kolonialisme dalam bentuk yang lain.
1
            Akhirnya pada tahun 1955 bertempat di Bandung, Indonesia, 29 Kepala Negara Asia dan Afrika bertemu membahas masalah dan kepentingan bersama, termasuk didalamnya mengupas secara serius tentang kolonialisme dan pengaruh kekuatan “barat”. Pertemuan ini disebutkan pula sebagai Konferensi Asia Afrika atau sering disebut sebagai Konferensi Bandung. Konferensi inilah yang menjadi tonggak lahirnya Gerakan Non Blok.
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah lahirnya Konferensi Asia-Afrika ?
2. Bagaimanakah hasil Konferensi Asia-Afrika ?
3. Bagaimanakah peran Indonesia dalam Konferensi Asia-Afrika?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Ingin mengetahui lahirnya Konferensi Asia-Afrika ?
2. Ingin mengetahui pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika ?
3. Ingin mengetahui peran Indonesia dalam Konferensi Asia-Afrika?
D. Manfaat Penulisan Makalah
Dalam penulisan makalah ini diharapkan manfaat yang diperoleh adalah:
1. Bagi penulis, bisa menambah wawasan ilmu pengetahuan, khususunya pengetahuan tentang materi Konferensi Asia-Afrika.
2. Bagi pembaca, memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang materi Konferensi Asia-Afrika.
3. Bagi guru, menembah wawasan pengetahuan dalam pengajaran IPS terutama tentang materi Konferensi Asia-Afrika.



BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Tentang Materi
            Dalam penulisan makalah ini akan dibahas tentang bagaimana lahirnya Konferensi Asia-Afrika, bagaimana hasil Konferensi Asia-Afrika, dan peran serta Indonesia dalam Konferensi Asia-Afrika. Pada dasarnya dalam mengupas materi ini banyak kajadian pada sejarah yang penting menjadi acuan atau pedoman untuk membangun Negara kita untuk lebih baik lagi. Para petinggi di jaman itu benar-benar memperjuangkan kepentingan negaranya bersama  dari masalah-masalah yang ada.
             Dengan diadakannya Konferensi Asia-Afrika dibandung menghasilkan berbagai tujuan yang baik demi kepentingan bersama diberbagai bidang, serta menghasilkan Dasasila Bandung. Selanjutnya untuk lebih jelasnya penulis akan mengupas tentang materi adanya Konferensi Asia-Afrika.
B. Isi Materi
1. Lahirnya Konferensi Asia-Afrika
            Konferensi Asia Afrika merupakan gagasan oleh lima Negara yaitu Indonesia, India, Pakistan, Burma dan Sri Lanka. Persiapan pertama dilakukan di Kolombo pada tanggal 28 April – 2 Mei 1954. Persiapan kedua dilakukan di Bogor pada tanggal 29 Desember 1954. Melalui persiapan ini maka kemudian Konferensi Asia Afrika dilaksanakan. Akhirnya pada tanggal 18 April 1955, dimulailah Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di kota Bandung. Konferensi ini berlangsung hingga tanggal 25 April 1955 dan diikuti oleh wakil dari 29 negara Asia dan Afrika.
            Berikut ini beberapa latar belakang dan dasar pertimbangan terselenggaranya KAA:
a.      
3
Perubahan politik pada tahun 1950-an yaitu berakhirnya Perang Korea (1953). Akibat Perang Korea, semenanjung terbagi menjadi dua negara yaitu Korea Utara dan Korea Selatan. Peristiwa ini semakin menambah ketegangan dunia;
b.     
4

b. PBB sudah ada forum konsultasi dan dialog antarnegara yang baru merdeka, tetapi di luar PBB belum ada forum yang menjembatani dialog antarnegara tersebut;
c.       Persamaan nasib bangsa-bangsa di Asia dan Afrika, terutama pernah mengalami penjajahan;
d.      Persamaan masalah sebagai negara yang masih terbelakang dan berkembang;
e.       Ingin menggalang kekuatan negara-negara Asia Afrika agar mendukung perjuangan merebut Irian Barat;
f.       Memiliki kedekatan yang kuat karena dihubungkan oleh faktor keturunan, agama, dan latar belakang sejarah; dan
g.      Berdasarkan letak geografisnya, letak negara-negara Asia dan Afrika saling berdekatan.
            Tujuan utama konferensi ini adalah membentuk kubu kekuatan negara-negara dunia ketiga untuk menghadapi dua kubu adidaya, Barat dan Timur. Di akhir konferensi, ditandatangani Deklarasi Bandung yang isinya kesepakatan untuk mengadakan kerjasama ekonomi dan budaya di antara negara-negara dunia ketiga serta mengakui adanya hak untuk menentukan nasib bangsa-bangsa Asia dan Afrika. Selain itu, konferensi ini juga mengeluarkan resolusi menentang penjajahan, di antaranya penjajahan Perancis atas Guinea Baru. Konferensi Asia Afrika juga menjadi pendahuluan dari terbentuknya Organisasi Gerakan Non-Blok.
            Dalam Pertemuan tersebut,  29 kepala Negara Asia dan Afrika bertemu membahas masalah dan kepentingan bersama, termasuk didalamnya mengupas secara serius tentang kolonialisme dan pengaruh kekuatan  “barat”. Pertemuan ini disebutkan pula sebagai Konferensi Asia Afrika atau sering pula disebut sebagai Konferensi Bandung.
            Konferensi tersebut dihadiri negara termasuk 5 negara pengundang. Ke-24 negara yang diundang adalah 18 negara Asia dan 6 negara Afrika. Negara-negara Asia yang hadir yaitu Filipina, Thailand, Vietnam Utara, Vietnam Selatan, Laos, Turki, Jepang, Yordania, Kamboja, Nepal, Lebanon, RRC, Afghanistan, Iran, Irak, Syria, Saudi Arabia, dan Yaman. Sedang 6 negara Afrika yang hadir adalah Mesir, Sudan, Ethiopia, Libya, Liberia, dan Ghana. Rhodesia (Afrika Tengah) pada awalnya diundang, namun karena sedang ada kemelut politik dalam negeri maka tidak bisa hadir.
5

Dari negara-negara yang diundang tersebut muncul tiga golongan berikut
a.       Golongan prokomunis, yaitu RRC dan Vietnam Utara.
b.      Golongan pro-Barat, yaitu Filipina, Thailand, Pakistan, Irak, dan Turki.
c.       Golongan netral, yaitu India, Birma, Sri Lanka, dan Indonesia.
2. Hasil Konferensi Asia-Afrika
            Dari Konferensi ini dihasilkan 10 prinsip yang disepakati bersama yang sering juga disebutkan sebagai Dasa Sila Bandung, yaitu :
a.       Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat di dalam piagam PBB;
b.      Menghormati kedaulatan dan integrits territorial semua bangsa;
c.       Mengakui persamaan ras dan persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil;
d.      Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal-soal dalam negeri orang lain;
e.       Menghormati hak-hak tiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara sendiri atau kolektif sesuai dengan piagam PBB;
f.       1). Tidak menggunakan peraturan-peraturan pertahanan kolektif untuk    bertindak bagi kepentingan khusus salah satu Negara besar;
2). Tidak melaukan tekanan terhadap Negara lain;
g.      Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu Negara;
h.      Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hukum, atau cara damai lain berdasarkan pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan piagam PBB;
i.        Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama; dan
j.       
6

Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.
            Di dalam komunike akhir konferensi itu, digarisbawahi kebutuhan untuk membangun kerjasama yang saling menguntungkan antar negara-negara Asia-Afrika dalam hal pembangunan ekonomi untuk melepaskan diri dari ketergantungan melalui industrialisasi. Kerjasama ini dilaksanakan dengan membangun komitmen penyediaan asistensi teknis dalam proyek-proyek pembangunan, selain pertukaran teknologi, pengetahuan, dan pembangunan pelatihan regional dan lembaga-lembaga penelitian.
3. Peran Serta Indonesia Dalam Konferensi Asia-Afrika
            Terlaksananya KAA tidak bisa lepas dari peran Indonesia. Di samping sebagai salah satu pelopor dan pemrakarsa KAA, Indonesia menyediakan diri sebagai tempat penyelenggaraan KAA. Hal ini membuktikan prestasi Kabinet Ali Sastroamijoyo yang berhasil menyelenggarakan suatu kegiatan yang bersifat internasional.
            Dalam pelaksanaan KAA Indonesia berperan penting, karena selain menjadi tempat berlangsungnya Konferensi tersebut Indonesia juga salah satu negara yang ingin bangsanya hidup setara, maju di berbagai bidang  dan tidak ingin tertindas oleh Negara barat, yang paling penting adalah mengutamakan kerjasama.
a.    50 Tahun Konferensi Asia Afrika
            Seperti telah disebutkan sebelumnya , Konferensi Asia-Afrika yang dikenal dengan sebutan “Konferensi Bandung” diselenggarakan pada tanggal 18-24 April 1955. Konferensi ini digagas bersama oleh Indonesia, Burma, Srilangka, India, dan Pakistan. Hadir dalam konferensi itu 29 pemimpin Negara, 23 di antaranya dari kawasan Asia dan 6 dari kawasan Afrika.
            Pemimpin-pemimpin besar dunia, seperti Soekarno dari Indonesia, Chou Enlai dari Republik Rakyat Tiongkok, Perdana Menteri Jawaharal Nehru dari India, Mohamad Ali dari Pakistan, U Nu dari Burma, Gamal Abdul Nasser dari Mesir, tercatat sebagai hadirin yang mengikuti konferensi tersebut.
Konferensi dilaksanakan dalam situasi ketika dunia terbelah ke dalam dua blok kekuatan adidaya dunia yang saling berseteru dalam perang dingin, yakni “Blok Barat” yang dipimpin Amerika Serikat dan “Blok Timur” yang dipimpin oleh Uni Soviet. Blok-blok kekuatan adalah buah dari tidak terselesaikannya kontradiksi dalam panggung politik dunia antara kekuatan imperialis Barat dengan kekuatan negara-negara Sosialis yang pada saat berlangsungnya perang imperialis, bersekutu menumbangkan blok kekuatan fasisme yang terdiri dari Jerman, Italia, dan Jepang.
7

Kini setelah 50 tahun Konferensi Asia Afrika I berlangsung, Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan Pemerintah Afrika Selatan telah melaksanakan Konferensi II Bangsa-Bangsa Asia dan Afrika. Konferensi ini dilaksanakan bertepatan dengan momentum 50 tahun Konferensi Asia-Afrika Bandung pada 18-24 April 2005. 
Negara-negara yang diundang pada peringantan 50 tahun Konferensi Asia Afrika, berjumlah 25 negara yaitu : Afgnistan, Kamboja, Federasi Afrika Tengah, Republik Rakyat Tingkok (China), Mesir, Ethiopia, Pantai Emas (Gold coast), Iran, Irak, Jepang, Yordania, Laos, Libanon, Liberia, Libya, Nepal, Filipina, Saudi Arabia, Sudan, Syria, Thailand, Turki, Vietnam Utara, Vietnam Selatan dan Yaman.
Peringatan serupa sebenarnya bukan hanya milik Pemerintah RI atau Pemerintah Afrika Selatan. Momentum Konferensi Asia-Afrika sesungguhnya adalah momentum seluruh Rakyat dari seluruh dunia, terutama dari Negara-negara yang saat ini berada secara langsung maupun tidak langsung dalam dominasi imperialisme, khususnya imperialisme Amerika Serikat (AS). Karenanya berbagai kalangan masyarakat sipil, baik organisasi massa maupun organisasi sosial non-pemerintah, juga turut menyibukan diri untuk melaksanakan peringatan emas 50 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA).
Pertemuan puncak dari Konferensi tersebut dilaksanakan pada tanggal 22-23 April 2005 di ibukota Jakarta, tepatnya di Gedung Jakarta Convention Centre (JCC). Pertemuan itu berupa Konferensi Tingkat Tinggi yang dihadiri oleh pemimpin-pemimpin negara yang turut serta dalam Konferensi Asia-Afrika II. Melalui KTT tersebut, dicetuskan “Deklarasi Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika (New Asian-African Strategic Partnership/NAASP)”.
8

Deklarasi ini memfokuskan kerjasama Asia-Afrika secara konkret dan komplementer demi tercapainya perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kedua benua. Gagasan NAASP pertama kali dicetuskan pada pertemuan Asian-African Sub Regional Organization Conference (AASROC) I di Bandung 29-30 Juli 2003. Berdasarkan NAASP, kemitraan Asia-Afrika akan didasarkan pada tiga pilar kemitraan yaitu antarpemerintah, antarorganisasi sub-regional dan antar kelompok masyarakat yang terdiri atas (pelaku bisnis, akademisi dan masyarakat madani).
Kemitraan strategis yang baru ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan di kawasan Asia-Afrika yang mengarah pada upaya-upaya meningkatkan sejumlah mekanisme yang sudah ada, seperti NEPAD (New Partnership for African Development), TICAD (Tokyo International Conference on African Development), China-Africa Cooperation Conference Forum, India NEPAD Fund, dan lain-lain.
Selain di Jakarta, Konferensi juga berlangsung di Bogor dan mengahsilkan 4 tujuan pokok Konferensi Asia Afrika, yaitu :
1)        Untuk memajukan goodwill (kehendak yang luhur) dan kerjasama antar bangsa-bangsa Asia dan Afrika, untuk memajukan kepentingan-kepentingan bersama,  serta untuk menciptakan dan meningkatkan persahabatan;
2)        Untuk meningkatkan kerjasama dibidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan;
3)        Untuk mempertimbangkan hal-hal yang merupakan kepentingan khusus bangsa-bangsa Asia dan Afrika, misalnya hal-hal yang berkaitan dengan kedaulatan nasional dan masalah-masalah rasialisme dan kolonialisme; dan
4)        Untuk memajukan kedudukan rakyat Asia dan Afrika didalam dunia dewasa ini serta sumbangan yang dapat mereka berikan guna memajukan perdamaian serta kerjasama di dunia.
b.        Arti Penting KAA
            KAA berpengaruh sangat besar dalam upaya menciptakan perdamaian dunia dan mengakhiri penjajahan di seluruh dunia secara damai, khususnya di Asia dan Afrika. Semangat KAA untuk tidak berpihak pada blok Barat maupun blok Timur telah mendorong lahirnya Gerakan Nonblok.
            Dengan demikian ketegangan dunia dapat diredam. Bagi Indonesia, KAA memberikan dua keuntungan. Pertama pemerintah Indonesia berhasil mencapai kesepakatan mengenai masalah RRC dwikewarganegaraan. Usai konferensi, mereka yang memiliki dwikewarganegaraan diharuskan memilih menjadi warga negara Indonesia atau warga negara RRC. Kedua, RI mendapat dukungan dalam perjuangan pengembalian Irian Barat.
9

Berikut ini makna dan arti penting terselenggaranya KAA:
1)      Merupakan pendorong kemerdekaan bangsa-bangsa Asia – Afrika untuk lepas dari cengkeraman imperialisme dan kolonialisme Barat;
2)      Menjadi pendorong lahirnya Gerakan Nonblok;
3)      Merupakan pencetus semangat solidaritas dan kebangkitan negara Asia Afrika dalam menggalang persatuan;
4)      Memberikan harapan baru bagi bangsa-bangsa yang sudah maupun belum merdeka;
5)      Mulai diikutinya politik luar negeri bebas dan aktif yang dijalankan oleh Indonesia, India, Myanmar, dan Sri Lanka;
6)      Kembali bangkit dan sadarnya bangsa-bangsa Asia dan Afrika akan potensi yang dimiliki;
7)      Diakuinya nilai-nilai Dasasila Bandung oleh negara-negara maju karena terbukti memiliki kemampuan dalam meredakan ketegangan dunia; dan
8)      Mulai dihapuskannya praktik-praktik politik diskriminasi ras oleh negara-negara maju.
C. Manfaat Materi
            Dalam penulisan makalah ini dengan materi yang bertemakan peran Indonesia dalam KAA, pada umumnya manfaat yang bisa dipetik adalah sebuah Negara yang ada di dunia ini harus mengutamakan kerjasama dengan perundingan-perundingan yang menghasilkan keputusan bersama, demi terselenggaranya Negara yang aman, damai tentram tidak ada konflik internasional, saling menghormati kedaulatan teritorial, saling tidak melakukan agresi, saling tidak mencampuri urusan dalam negeri, setara dan saling menguntungkan, serta, dan berdampingan dengan damai.
10

D. Makna bagi Siswa Tentang Materi
            Seperti yang sebelumnya sudah ditulis di awal, bahwa makna bagi siswa pada umumnya dalam mempelajari ilmu pengetahuan sangatlah berguna dikelak nanti, apalagi dalam mempelajari tentang sejarah lahirnya KAA. Dengan mempelajari tentang materi terjadinya KAA, siswa akan mengetahui betapa sangat pentingnya hal tersebut, karena bayangkan saja kalau tidak terjadinya KAA pada waktu itu mungkin Negara kita akan selalu terpuruk, ketinggalan jaman dan yang pasti selalu tertindas oleh Negara lain atau Negara barat.
            Dalam hal ini siswa sebagai generasi penerus bangsa harus memahami betul tentang arti dari sejarah dan terjadinya KAA, karena pada intinya suatu Negara tidak akan berdiri dan maju sendiri. Di sini harus diperlukan adanya kerjasama disegala bidang untuk kemajuan bersama, agar tidak adanya konflik internasional, bisa berjalan dengan aman, damai, dan tenram. Begitu juga dengan individu masing-masing, manusia sebagai makhluk sosial saling ketergantunggan satu sama lain, saling membutuhkan, dan saling bekerjasama.
           
           


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
            Dalam mengakaji legenda sangkuriang penulis akhirnya menarik kesimpulan tentang apa yang ada dalam materi tersebut. Adapun kesimpulannya sebagai berikut :
1.    Konferensi Asia Afrika merupakan gagasan oleh lima Negara yaitu Indonesia, India, Pakistan, Burma dan Sri Lanka. pada tanggal 18 April 1955, dimulailah Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di kota Bandung. Konferensi ini berlangsung hingga tanggal 25 April 1955 dan diikuti oleh wakil dari 29 negara Asia dan Afrika. Tujuan utama konferensi ini adalah membentuk kubu kekuatan negara-negara dunia ketiga untuk menghadapi dua kubu adidaya, Barat dan Timur. Di akhir konferensi, ditandatangani Deklarasi Bandung yang isinya kesepakatan untuk mengadakan kerjasama ekonomi dan budaya di antara negara-negara dunia ketiga serta mengakui adanya hak untuk menentukan nasib bangsa-bangsa Asia dan Afrika
2.    Hasil dari pelaksanaan KAA di Bandung atau Dasasila Bandung yaiu:
a.    Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat di dalam piagam PBB;
b.    Menghormati kedaulatan dan integrits territorial semua bangsa;
c.    Mengakui persamaan ras dan persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil;
d.   Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal-soal dalam negeri orang lain;
e.    Menghormati hak-hak tiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara sendiri atau kolektif sesuai dengan piagam PBB;
f.     1). Tidak menggunakan peraturan-peraturan pertahanan kolektif untuk  bertindak bagi kepentingan khusus salah satu Negara besar;
11
     2).  Tidak melaukan tekanan terhadap Negara lain;
g.   
12

Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu Negara;
h.    Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hukum, atau cara damai lain berdasarkan pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan piagam PBB;
i.      Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama; dan
j.      Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.
3.    KAA berpengaruh sangat besar dalam upaya menciptakan perdamaian dunia dan mengakhiri penjajahan di seluruh dunia secara damai, khususnya di Asia dan Afrika. Semangat KAA untuk tidak berpihak pada blok Barat maupun blok Timur telah mendorong lahirnya Gerakan Nonblok. Dengan demikian ketegangan dunia dapat diredam. Bagi Indonesia, KAA memberikan dua keuntungan. Pertama pemerintah Indonesia berhasil mencapai kesepakatan mengenai masalah RRC dwikewarganegaraan. Usai konferensi, mereka yang memiliki dwikewarganegaraan diharuskan memilih menjadi warga negara Indonesia atau warga negara RRC. Kedua, RI mendapat dukungan dalam perjuangan pengembalian Irian Barat.
A. Saran
            Dengan adanya makalah ini penulis hanya bisa menyarankan kepada pembaca, khususunya bagi siswa Mts. Negeri Pandeglang II dapat membangun  kehidupan bersama, dan bekerja sama satu sama lain. Karena kita adalah makhluk sosial yang saling ketergantungan antara sesama . Tidak lupa untuk terus menggali ilmu pengetahuan di berbagai mata pelajaran, khususunya dalam mata pelajaran IPS dan bisa mengkaji lebih dalam lagi materi lahirnya KAA.





Daftar Pustaka




13
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar